Pages

susanto. Diberdayakan oleh Blogger.

Translate

Masa Depan Indonesia

Blogger templates

Blogger news

Blogroll

Merubah paradigma perguruan tinggi indonesia

Jumat, 16 November 2012

Tri dharma perguruan tinggi adalah pendidikan, penelitian, dan pengabdian (masyarakat).

Pendidikan merupakan suatu proses memfasilitasi peserta didik dengan sarana dan lingkungan yang kondusif bagi pengembangkan dan peningkatkan kompetensi di bidang akademik dan non-akademik sehingga tercipta Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas, bermoral, dan berguna tidak hanya bagi dirinya namun juga masyarakat secara luas.

Sedangkan penelitian atau riset adalah suatu proses pencarian sebuah pengetahuan atau investigasi yang sistematis mengenai suatu hal untuk membentuk suatu fakta. Tujuan utama dari penelitian adalah menemukan, menafsirkan, dan mengembangan suatu metode dan sistem untuk kemajuan pengetahuan manusia dalam berbagai hal ilmiah dari dunia kita dan alam semesta. Penelitian bisa menggunakan metode ilmiah, namun tidak harus.

Apabila peserta didik telah mendapatkan pendidikan dan melakukan penelitian selama mengenyam proses pendidikan tersebut, diharapkan mereka dapat mengabdikan ilmu dan pengetahuan yang mereka peroleh kepada masyarakat secara luas.

Melihat tri dharma pendidikan tinggi Indonesia tersebut tampaklah gambaran besar bahwa pendidikan tinggi di Indonesia lebih mengarahkan peserta didik ke arah penelitian yang diharapkan melalui temuan-temuannya di lapangan mampu diaplikasikan ke masyarakat secara luas. Namun demikian, hendaknya perlu kita tanyakan kepada diri masing-masing: berapa banyak dari peserta didik yang setelah lulus perguruan tinggi ingin mengabdikan hidupnya menjadi seorang peneliti?

Ability may get you to the top, but it takes character to keep you there."

Mekmanai Arti Pahlawan Dalam Ajaran Agama Islam

Jumat, 09 November 2012





 Kata pahlawan menurut kamus besar bahasa Indonesia berasal dari dua kata, bahasa sangsekerta, pahla dan wan. Pahla berarti buah, sedangkan wan bermakna sebutan bagi orangnya (bersangkutan). Dulu gelar pahlawan diberikan kepada siapa saja yang mati di medan pertempuran baik mati karena membela bangsa dan negaranya maupun agamanya. Namun di era modern ini gelar pahlawan menjadi lebih luas dan tidak ada batasan yang jelas. Misalnya para Tenaga Kerja Wanita (TKW) disebut sebagai para pahlawan devisa. 

Guru yang mengajar disekolah diberi gelar pahlawan tanpa tanda jasa. Bahkan seorang pria ataupun wanita yang bekerja membanting tulang demi menghidupi keluarganya disebut sebagai pahlawan keluarga. Karena tidak adanya batasan dari makna pahlawan ini, sempat terjadi perdebatan dikalangan tokoh negeri ini tentang layak kah soeharto, presiden kedua republik ini diberi gelar pahlawan nasional?

Secara umum dapatlah disimpulkan bahwa pahlawan adalah seseorang yang telah berjuang mengorbankan waktu, jiwa dan raganya demi kebaikan orang banyak.  

Jika dinisbatkan kepada Islam “Pahlawan Islam” berarti seorang muslim yang berjuang mengorbankan waktu, jiwa dan raganya demi kebaikan (kemuliaan) Islam dan umatnya. Dalam terminology Islam, seorang muslim atau muslimah yang mati karena membela kehormatan diri, harta, nyawa dan agamanya disebut syahid. Bahkan orang yang mati disebabkan tenggelam atau terkena penyakit dapat pula disebut syahid termasuk seorang ibu yang wafat dalam proses melahirkan.

Dalam Shahih Bukhari disebutkan:
“Menceritakan kepada kami Abdullah bin Yusuf, menceritakan kepada kami Malik dari Sumyyin dari Abu Shalih dari Abu Hurairah r.a : bahwa Rasulullah s.a.w bersabda: Syuhada itu ada lima, yaitu Orang yang mati terkena cacar, orang yang mati karena diare, orang yang mati tenggelam, orang yang mati tertimpa runtuhan (longsor), dan orang yang syahid di jalan Allah” (Al-Bukhari, Kitab As-Sayru Wal-Maghazi: 2617)
Sedangkan dalam Shahih Muslim disebutkan pula:
“Dari Abu Hurairah r.a, katanya, Rasulullah s.a.w bersabda: Apa yang kalian ketahui tentang syahid?” Sahabat r.a menjawab: Barangsiapa yang terbunuh di jalan Allah maka dia syahid” Lalu Rasulullah s.a.w bersabda: “Kalau begitu syahid di kalangan ummat ku sedikit”, Sahabat r.a berkata lagi, kalau begitu siapakah mereka ya Rasulullah ? Rasulullah s.a.w bersabda: Barangsiapa yang terbunuh di jalan Allah maka dia syahid, barang siapa yang mati di jalan Allah, maka dia syahid, barangsiapa yang mati karena cacar maka dia syahid, siapa yang mati terkena diare dia syahid ” (Shahih Muslim, Kitaabul Imaarah:3539)
          Terkait dua hadist diatas, Imam Nawawi dalam syarah Muslim menjelaskan, Para ulama berkata: “Yang dimaksudkan syahid diatas adalah selain syahid Fie sabilillah (terbunuh ketika berperang di jalan Allah), mereka itu di akhirat memperoleh pahala para syuhada. Adapun di dunia, mereka dimandikan dan dishalatkan. Dalam kitab Al-Iman telah dijelaskan masalah ini. Adapun syuhada, terbagi kedalam Tiga jenis: Syahid dunia dan akhirat, yaitu yang terbunuh ketika berperang melawan kafir, dan syahid akhirat, hukum dunia terhadapnya tidak diperlakukan sebagaimana layaknya orang yang terbunuh di jalan Alah, mereka inilah yang dimaksudkan syahid (secara umum) dalam hadits ini, dan syahid dunia, yaitu orang yang berperang karena mencari ghanimah dan berpaling dari peperangan”
Pembagian Syahid
1. Syahid Dunia
              Yaitu orang yang terbunuh ketika dia berperang, tetapi dia tidak ikhlas karena Allah, bukan demi menegakkan kalimat Allah (Islam). Soal niat, selain dirinya, manusia yang lain tidak ada yang tahu. Akan tetapi ketika jasadnya ditemukan terbunuh ketika berperang melawan kafir, maka ia dihukumi sebagai syahid.
2. Syahid Akhirat saja
       Yaitu orang-orang yang mati karena tenggelam atau terbakar dan semisalnya, sebagaimana terdapat dalam hadits-hadits Nabi. Orang yang termasuk kategori ini dimandikan, dikafani juga disholatkan
3. Syahid dunia dan akhirat
           syahid dunia akhirat adalah orang yang terbunuh ketika berperang di jalan Allah dengan niat yang ikhlas, tidak riya dan tidak berbuat ghulul (mencuri harta rampasan perang). Jenis inilah yang merupakan syahid yang sempurna dan syahid yang paling utama, baginya pahala dari sisi Allah Yang Maha Agung. Soal niat ikhlas atau tidaknya, hanya dia yang bersangkutan dan Allah yang tahu. Manusia hanya menghukumi secara zhahir bahwa dia mati terbunuh di jalan Allah. Sehingga dia layak disebut sebagai syahid. Karenanya jenazahnya tidak perlu dimandikan,tidak perlu dikafankan, tidak perlu disholatkan, ia hanya dikuburkan dengan pakaian lengkap tatkala ia terbunuh syahid.
        Untuk syahid jenis pertama dan ketiga, terdapat beberapa pendapat. Menurut pendapat Al-Ahnaf (Hanafiyah), mereka tidak dimandikan, tidak dikafani tetapi disholatkan. Menurut Hanabilah(pengikut mazhab Hanbali) mereka tidak dimandikan, tidak dikafani dan tidak disholatkan. Menurut Malikiyah, Mereka tidak dimandikan, tidak dikafankan, tidak juga di sholatkan. Dan, menurut Syafi’iyah, mereka tidak dimandikan, tidak dikafani dan tidak pula disholatkan”
Berdasarkan hadist diatas pula secara khusus gelar pahlawan disematkan kepada para syuhada, atau orang-orang beriman yang wafat dalam pertempuran di medan jihad fii sabilillah untuk menegakkan dan memuliakan kalimah Allah SWT di muka bumi ini. Misalnya para syuhada yang wafat pada perang uhud dapatlah dikatakan sebagai para pahlawan Islam.
Bagi seorang muslim keridhaan Allah dan surgaNya lebih utama dari sekedar gelar pahlawan. Dan keridhaan Allah hanya akan diraih dengan selalu membersihkan niat dari unsur-unsur riya dan senantiasa menyelaraskan perbuatan dengan hukum-hukumNya.
Dalam sebuah hadist, Abu hurairah meriwayatkan, ‘Aku mendengar Rasulullah bersabda, “Sungguh manusia yang pertama kali akan dihisab pada hari kiamat ialah seorang lelaki yang gugur mati syahid. Ia pun didatangkan, lalu ditunjukkan kepadanya nikmat-nikmatnya dan ia pun mengetahuinya. Kemudian ditanyakan kepadanya,’apakah yanng telah engkau perbuat untuk mendapatkannya?’ Ia menjawab,aku telah berperang karena-Mu hingga aku mati syahid. Allah berfirman,”Kamu bohong. Kamu berperang hanya agar dikatakan bahwa kamu ialah seorang pemberani, dan telah dikatakan seperti itu. Lantas ia pun dibawa dan diseret atas wajahnya lalu dilemparkan kedalam neraka.
Setelah itu seseorang yang belajar ilmu dan mengajarkannya serta pandai membaca Al-Qur’an. Ia didatangkan dan diperlihatkan kepadanya nikmat-nikmat yang telah dijanjikan untuknya dan iapun mengetahuinya. Kemudian, dikatakan kepadanya,’apa yang telah kau lakukan untuk mendapatkannya?’ Iapun menjawab, aku belajar dan mengajarkan ilmu serta membaca alqur’an untuk-Mu’. Allah berfirman, kamu bohong. Kamu belajar ilmu hanya agar disebut orang alim, kamu membaca alqur’an hanya agar disebut Qori’, dan semuanya telah dikatakan. Lantas, ia dibawa pergi dan diseret diatas mukanya sampai ia dilemparkan kedalam neraka.
Kemudian seseorang yang telah Allah luaskan rezekinya, Allah berikan kepadanya berbagai macam harta benda dan kekayaan. Iapun didatangkan dan diperlihatkan nikmat-nikmatnya dan iapun mengetahuinya. Kemudian ditanyakan,’apakah yang telah kau lakukan dengannya?’ Ia menjawab,’aku tidak meninggalkan satu jalan kebaikan pun yang engkau sukai untuk berinfak didalamnya, kecuali aku infakkan hartaku padanya karena-Mu. Allah berfirman,’Kamu bohong’. Kamu melakukan hal itu hanya agar disebut sebagai orang yang dermawan, dan telah dikatakan seperti itu. Lantas, ia pun dibawa dan diseret dengan mukanya sampai dilemparkan kedalam neraka. HR.Muslim.
Perjuangan seorang muslim semata-mata karena dorongan akidah Islam dan mencari keridhaan Allah SWT semata. Dia tidak berjuang membela ashobiyah, fanatisme kelompok, golongan, kesukuan, kebangsaan dan nasionalisme. Karena itu semua hanya menjadikan amal pengorbanannya sia-sia disisi Allah SWT.
Rasulullah SAW bersabda:
Siapa saja yang berperang di bawah panji kebodohan marah karena suku, atau menyeru kepada suku atau membela suku lalu terbunuh maka ia terbunuh secara jahiliyah (HR Muslim)
Bukan dari golongan kami siapa saja yang mengajak kepada ashabiyah, bukan pula dari golongan kami orang yang berperang karena ashabiyah, dan tidak juga termasuk golongan kami orang yang mati karena ashabiyah (HR Abu Dawud)
Wallahu ‘alam bi ash shawab.

Rabu, 07 November 2012


Kurikulum Masa Depan Indonesia


 Perkembangan globalisasi yang semakin cepat dewasa ini, membuat banyak  negara  mengalami perubahan. Sistem sosial, budaya, maupun politik senantiasa bekembang  mengikuti perubahan zaman. Kedepannya, batas antar negera pun seakan hilang, sehingga arus globalisasi kian tak terbendung. Hal ini menjadi tantangan tersendiri bagi tiap negara agar tak tergilas arus modernisasi. Untuk mengahadapi tantangan tersebut, setiap negara dapat menggunakan senjata masing-masing, salah satunya adalah dengan pendidikan. Pendidikan hendaknya dijadikan punggawa utama dalam mempertahankan identitas bangsa serta memajukan kesejahteraan bangsa. Dengan pendidikan, kualitas SDM diharapkan akan meningkat yang pada akhirnya akan membawa bangsa pada kejayaannya.

Penyelenggaraan pendidikan yang berkualitas  membutuhkan sebuah kerangka model yang juga bekualitas. Kerangka model tersebut terwujud dalam bentuk kurikulum. Di dalamnya terdapat kerangka dasar acuan penyelenggaraan pendidikan. Kurikulum menjadi pemandu yang akan mengarahkan komponen pendidikan ke tujuan yang telah ditetapkan. Perumusan kurikulum yang baik akan mengakomodasi bentuk-bentuk perkembangan zaman dengan tetap mempertahankan karakteristik pendidikan masing-masing. Dengan demikian, pendidikan akan mampu menjaga eksistensinya tanpa menghilangkan kekuatannya untuk menghasilkan generasi penerus yang bermutu.

Di Amerika Serikat saat ini, bekembang sebuah kurikulum yang berbasis esai murid. Kurikulum ini dikembangkan oleh sebuah organisasi nirlaba bernama One World Education. Dalam aritikel VOA yang berjudul Sekolah di AS Kembangkan Kurikulum Berbasis Esai Murid, dijelaskan lebih lanjut bahwa para siswa diajak untuk menulis esai yang nantinya akan dipilih oleh organisasi sebagai One World Reflection. Melalui esai  yang terpilih tersebut, para professional akan mengembangkannya menjadi suatu unit kurikulum. One World Education akan menerbitkan unit pembelajaran setiap bulannya dari Agustus hingga Mei.
Lebih lanjut, Eric Goldstein, direktur eksekutif One World Education menyatakan bahwa selama empat tahun terakhir, One World Education telah menjalin kerjasama dengan 1500 siswa penulis dan hampir 325 guru yang mengakses kurikulum berbasai esai ini.

Pembelajaran berbasis esai murid merupakan ajang aktualisasi bagi siswa-siswa Amerika. Mereka berpartisipasi dalam pengembangan materi pembelajaran. Laila Kunaish pelajar dari Washington, menjelaskan dirinya pernah menulis tentang  judgment media Amerika terhadap muslim yang sering kali tidak adil. Kegiatan pembelajaran pun akan dikembangkan dengan cara para siswa diminta mengumpulkan berita-berita media dan mendiskusikananya di kelas.

Pengembangan kurikulum  berbasis esai murid ini, akan mendorong semangat siswa dalam belajar, karena mereka mempelajari hal-hal yang mereka ingin pelajari. Kemudian wawasan pelajar juga akan bertambah seiring bervariasinya topik-topik yang ditulis dalam esai murid. Mereka menuliskan topik-topik yang beragam, mulai dari bahasa, agama, perlindungan hutan tropis bahkan hingga penelusuran budaya Arab.  Selain itu, esai-esai yang telah ditulis tersebut akan menjadi panduan belajar bagi ribuan siswa lain.

Jika Amerika Serikat mempunyai kurikulm berbasis esai murid, maka Indonesia mempunyai kurikulum tingkat satuan pendidikan atau lebih sering disebut dengan KTSP. Selama ini guru-guru di Indonesia hanya menerima bentuk jadi kurikulum dari pemerintah pusat. Dengan KTSP, para guru dituntut kreatifitasannya untuk mengembangkan kurikulum yang sesuai dengan kondisi masing-masing daerah, tanpa melupakan rambu-rambu yang telah ditetapkan Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP). Misalnya di Pekalongan, para guru mengembangkan pelajaran muatan lokal yang terwujud dalam mata pelajaran membatik. Pelajaran ini dikembangkan atas dasar citra kota Pekalongan sebagai Kota Batik.

KTSP dikembangkan berdasarkan prinsip-prinsip sebagai berikut: (1) Berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik dan Iingkungannya (2) Beragam dan terpadu (3) Tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni (4) Relevan dengan kebutuhan kehidupan (5) Menyeluruh dan berkesinambungan (6) Belajar sepanjang hayat (7) Seimbang antara kepentingan nasional dan kepentingan daerah .

Seperti halnya dengan kurikulum berbasis esai murid, KTSP juga menjadi sarana aktualisasi para guru. Penetapan KTSP merupakan langkah pemerintah dalam memberikan wewenang (otonomi) kepada lembaga pendidikan dan guru untuk berpartisipasi aktif dalam pengembangan kurikulum. Dengan demikian pengembangan KTSP menuntut keprofesionalan guru. Pengembangan kurikulum membutuhkan wawasan yang luas dari guru, sehingga penerapan KTSP harus mempertimbangkan kesiapan guru dan lembaga pendidik. Jangan sampai, KTSP hanya menjadi kurikulum yang berubah namanya saja namun output nya tetap sama. Jika berhasil, maka KTSP akan mampu menjadi pemandu pendidikan Indonesia yang tetap menjunjung karakteristik jati diri bangsa.

 

Most Reading

Sidebar One